Menuju Peradaban Indonesia yang Tinggi dan Mulia

7 Rumus Membagun Rumah Tangga yang Sehat Ala Gottman, Apa Saja?

January 31, 2025


Membina rumah tangga yang sehat dengan pasangan merupakan hal yang sangat penting dan dapat memberikan pengaruh positif bagi individu itu sendiri. Pasangan dapat berperan sebagai seseorang untuk bertukar pikiran, memvalidasi emosi dan pencapaian, dan mencapai suatu tujuan bersama, misalnya dalam pekerjaan (Evans et al., 2020). Hal ini tidak hanya terkait dengan membangun hubungan romantis saja, melainkan juga untuk membagun kerjasama dan kompromi yang baik untuk pertumbuhan dinamika di dalam keluarga, penyaluran emosi yang sehat, dan komunikasi keluarga yang hangat. Apabila pasangan atau orang tua dalam keluarga mampu membina suatu kesatuan rumah tangga yang baik, maka hal ini dapat memberikan lingkungan yang mendukung untuk perkembangan anak (Jeong et al., 2021). Anak-anak akan merasa aman dan nyaman sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan empati dalam diri mereka (Jeong et al., 2021).

Namun demikian, untuk membentuk sistem keluarga yang baik dan sukses merupakan hal yang sulit dan menjadi tantangan. Setiap pasangan perlu mengetahui keterampilan dasar dalam berumah tangga, seperti saling mendukung, pemecahan masalah, dan pemaknaan terhadap setiap kegiatan yang dilalui bersama untuk menemukan kebahagiaan dalam sebuah hubungan. Keluarga juga merupakan pondasi utama untuk membentuk komunitas masyarakat yang kuat dan stabil. Oleh karena itu, penting bagi kita terutama yang telah memiliki pasangan untuk menerapkan beberapa hal dalam mewujudkan hal tersebut.

John Gottman, Psikolog asal Amerika, telah mengidentifikasi tujuh prinsip yang mendasari hubungan yang sehat dalam bukunya yang dikenal sebagai “The Seven Principles for Making Marriage Work” atau “Tujuh Prinsip untuk Membuat Pernikahan Berfungsi dengan Baik” (Gottman & Gottman, 2017). Prinsip-prinsip ini mencakup komponen kunci dalam menjaga kestabilan dan kebahagiaan dalam pernikahan, antara lain: (1) Membangun “peta cinta”, (2) Berbagi rasa suka dan kekaguman, (3) Mengkomunikasikan masalah alih-alih menjauh, (4) Penilaian atau perspektif positif terhadap pasangan, (5) Menerima konflik, (6) Menerima dan beradaptasi terhadap perbedaan dengan pasangan, dan (7) Saling berbagi makna dalam suatu kegiatan rutin. Selain itu, Gottman juga menekankan bahwa ketujuh prinsip ini dapat berjalan dengan baik apabila pasangan saling memiliki kepercayaan dan komitmen satu sama lain (Gottman & Gottman, 2017). Hal ini diperkuat oleh beberapa penelitian terbaru yang juga menemukan bahwa terapi keluarga berdasarkan pendekatan dari teori Gottman secara efektif dapat meningkatkan kepuasan pernikahan; penyesuaian pernikahan (Padash et al., 2021); komunikasi interpersonal antar pasangan (Rajaei et al., 2019); dan menurunkan intensi perceraian (Masjedi et al., 2022). Berikut merupakan 7 rumus ala Gottman kepada pasangan agar mampu mempertahankan hubungan rumah tangga yang sukses.

  1. Bangunlah “Peta Cinta”

Individu dalam berkeluarga perlu mengetahui hal-hal tentang pasanganya. Hal ini disebut juga dengan istilah membuat “peta cinta” yang meliputi kesukaan, ketidaksukaan, nilai-nilai, sifat, kelebihan, dan kekurangan dari pasangan. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan ikatan emosional yang kuat dan saling menghargai antara pasangan (Gottman & Gottman, 2017).

  1. Ekspresikan Rasa Suka atau Kekaguman

Mengungkapkan perasaan cinta dan kekaguman kita terhadap pasangan sangat penting. Namun, terkadang hal ini kerap dilupakan dan kurang diperhatikan saat berhubungan dengan pasangan. Menurut Gottman dan Gottman (2017), kata-kata positif selayaknya memuji penampilan dan kerja keras pasangan dapat menjadi bentuk penerapan atas prinsip kedua ini.

  1. Komunikasikan Permasalahan secara Terbuka

Individu sebaiknya apabila terdapat masalah dengan pasangan perlu untuk mengkomunikasikannya secara langsung dan bukannya malah diam atau mengabaikan begitu saja. Menurut Gottman, hal ini juga sekaligus menjadi prediktor yang membuat retaknya hubungan dalam rumah tangga. Maka dari itu, pola komunikasi yang bersifat terbuka, jujur, tidak menyudutkan, dan ramah kepada pasangan penting untuk dilakukan.

  1. Lihatlah Pasangan Dari Sisi yang Positif

Menerima dan beradaptasi terhadap kondisi internal, seperti perbedaan kepribadian, nilai-nilai, dan gaya hidup pasangan dari perspektif yang positif menurut (Gottman & Gottman, 2017) dapat membuat ketahanan pasangan menjadi lebih baik. Menurutnya, ada konsep yang namanya adalah masalah perpetual yang rentan dialami oleh pasangan suami-istri. Masalah ini sifatnya selalu terjadi berulang-ulang dan tidak dapat ditemukan solusinya. Maka dari itu, kuncinya adalah menerima dan beradaptasi dengan hal tersebut. Contoh dari hal ini misalnya saat seorang suami menginginkan Istri untuk selalu berada di samping suami dan menghabiskan waktu lebih lama dengan suami. Di sisi lain, istri justru menginginkan waktunya untuk bermain dengan teman-teman sesama perempuannya. Permasalahan ini merupakan contoh yang akan selalu ada dan berpotensi akan selalu diributkan. Maka dari itu, kuncinya adalah menerima dan beradaptasi atas kondisi internal dari pasangan. 

  1. Hadapi Konflik dan Biarkan Pasangan Mempengaruhimu

Berani untuk menerima konflik juga perlu untuk dimiliki oleh setiap pasangan dalam berumah tangga. Hal ini meliputi penerimaan terhadap pengaruh dari pasangan, berdiskusi untuk menemukan kesepakatan bersama, dan mempraktikkan keterampilan menenangkan diri (self-soothing) (Gottman & Gottman, 2017). Selain itu, ditemukan pula bahwa laki-laki atau suami lebih rentan mendominasi hubungan dan kurang dapat menurunkan egonya dan mendengarkan pendapat dari pasangannya atau sang istri. Sebaliknya, perempuan atau istri diharapkan untuk dapat lebih menyuarakan pendapatnya dan berkontribusi aktif untuk setiap pengambilan keputusan dalam dinamika berkeluarga. Dengan begitu, fungsi sebagai pemecahan masalah pun dapat berjalan dengan baik.

  1. Bersikaplah Menerima dan Beradaptasi terhadap Perbedaan Pasangan

Pada intinya, menurut (Gottman & Gottman, 2017) seluruh tantangan dan keinginan dalam kehidupan berumah tangga berpusat pada penerimaan pada pasangan. Bagaimanapun juga, pernikahan merupakan proses menyatunya dua individu dengan berbagai macam perbedaan. Sebagai pasangan, untuk mewujudkan keluarga yang sehat hendaknya setiap individu dalam berumah tangga mampu untuk menghargai dan menghormati setiap perbedaan yang dimiliki oleh pasangan dan tidak memaksakan kehendak. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membiasakan untuk mengucapkan terima kasih setelah pasangan mengutarakan perasaan atau gagasan yang berbeda dengan kita.

  1. Ciptakan Kegiatan Rutin Untuk Berbagi Makna Positif

Menciptakan beberapa kegiatan yang bersifat ritual atau rutin dapat mencerminkan komitmen untuk setia dan selalu bersama dengan pasangan (Gottman & Gottman, 2017). Untuk melakukan hal ini, pasangan suami-istri dapat membentuk kesepakatan terkait jenis kegiatan dan waktu yang dapat dilakukan secara bersama-sama tanpa mengganggu kesibukan masing-masing. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan seperti contohnya adalah jalan-jalan setiap minggu, menonton film setiap malam Jumat, atau sekedar ngobrol dan makan malam setelah pulang kerja. 

Menjaga hubungan dengan pasangan adalah investasi berharga dalam kualitas hidup kita. Ini bukan hanya tentang menciptakan hubungan yang harmonis dan penuh cinta, tetapi juga tentang membangun landasan yang stabil untuk pertumbuhan pribadi dan kebahagiaan jangka panjang. Selain itu, pasangan yang saling mendukung dapat membantu kita tumbuh sebagai individu, mendorong kita untuk menjadi yang terbaik dari diri kita sendiri. Dengan demikian, hal ini menjadi penting untuk kita mencoba menerapkan hal ini dalam kehidupan berumah tangga untuk mewujudkan keluarga yang sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Evans, S., Mikocka-Walus, A., Klas, A., Olive, L., Sciberras, E., Karantzas, G., & Westrupp, E. M. (2020). From “it has stopped our lives” to “spending more time together has strengthened bonds”: The varied experiences of australian families during COVID-19. Frontiers in Psychology, 11(1), 588667–588680. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.588667

Gottman, J., & Gottman, J. (2017). The natural principles of love. Journal of Family Theory & Review, 9(1), 7–26. https://doi.org/10.1111/jftr.12182

Jeong, J., Franchett, E. E., Ramos De Oliveira, C. V., Rehmani, K., & Yousafzai, A. K. (2021). Parenting interventions to promote early child development in the first three years of life: A global systematic review and meta-analysis. PLOS Medicine, 18(5), 1003602–1003653. https://doi.org/10.1371/journal.pmed.1003602

Masjedi, A. S., Vasei, Z., Samadpor, Z., & Attar, F. (2022). Gottman couples therapy: The effectiveness of GCT among couples with emotional divorce. Journal of Pharmaceutical Negative Results, 13(7), 1-10. https://doi.org/10.47750/pnr.2022.13.S07.580

Padash, Z., Yousefi, Z., Abedi, M., & Torkan, H. (2021). Efficacy of Gottman’s marital counseling on marital satisfaction and marital adjustment of married women willing to get divorced. The Journal Of Psychological Science, 20(104), 1423–1436. https://doi.org/10.52547/JPS.20.104.1423

Rajaei, A., Daneshpour, M., & Robertson, J. (2019). The effectiveness of couples therapy based on the Gottman method among Iranian couples with conflicts: A quasi-experimental study. Journal of Couple & Relationship Therapy, 18(3), 223–240. https://doi.org/10.1080/15332691.2019.1567174

Penulis : Dias Gita Cahyani

Sumber gambar : Freepik