“Manusia pernah menyuruh mesin berpikir, dengan harapan ini akan membebaskan mereka. Namun, ini hanya membuat manusia lain yang memiliki mesin untuk memperbudak mereka.”
-Frank Herbert, Dune
Teknologi digital saat ini menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari. Kecanggihan dari teknologi digital perlahan sulit dipisahkan antara dampak baik dan dampak buruk bagi penggunanya seperti yang disebutkan Desi Anwar (2020) bahwa technology is a good slave, but a bad master (teknologi adalah budak yang baik, tetapi tuan yang buruk). Tentunya sebagai budak yang baik, teknologi memberikan kemudahan yang perlahan dapat menimbulkan dampak kecanduan pada sebagian besar penggunanya. Kemudahan teknologi dan dampak kecanduan pemakaiannya cenderung saling berakibat satu sama lain.
Kecanduan terhadap penggunaan teknologi telah didokumentasikan melalui film dokumenter yang berjudul The Social Dilemma (2020). Dalam film tersebut dijelaskan bahwa pemakaian teknologi yang memberikan kemudahan dapat membawa dampak kecanduan yang berakibat pada perubahan kondisi psikologis seperti gagapnya kemampuan bersosial, kemarahan, radikalisasi, polarisasi, dan berbagai fenomena perpecahan kelompok yang berawal dari adanya kebohongan atau hoax. Dampak kecanduan tersebut spesifik utamanya banyak terjadi pada generasi Z atau generasi yang lahir pada rentang waktu 1997-2000an ke atas. Generasi tersebut lebih cenderung mudah cemas, rapuh, gampang tertekan, dan kurang berani dalam mengambil resiko jika dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Hal ini dipengaruhi dengan adanya kemudahan bermedia sosial dan teknologi informasi generasi tersebut berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya seperti generasi baby boomer (1946-1964), generasi X (1965-1980), dan generasi Y atau milenial (1980-1995). Akan tetapi, perkembangan teknologi dewasa ini juga menuntut generasi-generasi sebelum generasi Z untuk mengikuti perkembangan teknologi kaitannya dengan tumbuh kembang anak atau generasi muda.
Salah satu karya Christopher Willard, Psy.D. seorang praktisi mindfulness dan pengajar di Harvard Medical School yang berjudul Growing Up Mindful (Tumbuh dengan Penuh Berkesadaran) juga turut berkontribusi membahas seputar kecanduan teknologi. Buku tersebut ditujukan untuk para orang tua yang secara garis besar di dalamnya berisi hal-hal praktis yang bisa dilakukan untuk membentuk anak bahagia melalui kesadaran pikiran. Willard menuliskan pada bab 10 tentang teknologi dan pengaruhnya terhadap kesadaran pikiran. Dalam bab tersebut Willard mengajak orang tua untuk memberi tahu kepada anak-anak bahwa bermain gadget perlu memiliki batasan, akan tetapi orang tua tentu harus menunjukkan tindakan mereka sendiri sebagai sebuah teladan. Upaya ini sulit, namun jauh lebih efektif (Willard, 2020). Berikut beberapa upaya di bawah ini bisa dilakukan oleh orang tua bersama anak-anak:
Membuat Jadwal Libur dari Teknologi
Penggunaan teknologi untuk anak-anak dan remaja menimbulkan banyak distraksi dan keinginan yang serba instan, hal tersebut dapat mengakibatkan perasaan kesepian. Kesepian juga turut menyumbang tingkat penyakit mental yang tidak jarang dirasakan anak-anak, remaja, dan dewasa muda apabila tidak bisa membangun koneksi dengan sosial dan sadar terhadap diri sendiri. Teknologi membuat diri kita sibuk melihat ke luar diri sehingga untuk menumbuhkan kesadaran dan kembali melihat ke dalam diri, orang tua harus sengaja meliburkan diri dari penggunaan teknologi (Willard, 2020). Orang tua harus bersepakat untuk memiliki jadwal libur bermain teknologi internet, misalnya melalui “Minggu tanpa ponsel” agar anak-anak belajar untuk hadir untuk sekitar mereka. Upaya ini harus dicoba sebab terbukti bahwa waktu yang dihabiskan tanpa teknologi bisa mengurangi stres dan memberi pengaruh signifikan terhadap keterampilan sosial (Yalda et al, 2014). Hari libur dari teknologi bisa dimanfaatkan untuk eksplorasi kegiatan offline misalnya berjalan santai sebagai media terapi, melukis, berkebun, atau kegiatan lainnya yang dilakukan bersama dengan anggota keluarga. Kegiatan bersama keluarga tersebut juga bermanfaat sebagai upaya menjaga ketangguhan keluarga, dimana salah satu indikatornya adalah memiliki waktu bersama untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan.
Menggunakan, Bukan Menyalahkan Teknologi
Sebagian orang tua tidak hanya menyadari bahaya dari penggunaan teknologi, meskipun manfaat ekonomi telah cukup banyak dirasakan, namun belum bisa memanfaatkan untuk kebahagiaan dan kesehatan (Willard, 2020). Orang tua perlu menyadari bahwa jika menyalahkan dan melawan teknologi tidak akan menyelesaikan masalah yang ditimbulkan dari bahaya teknologi. Sebaiknya yang perlu dilakukan adalah mengimbangi anak dengan tetap terkoneksi pada aktivitas digital anak. Anak-anak merupakan penghuni dunia digital, oleh sebab itu jika orang tua ingin berkoneksi dengan mereka perlu menemui mereka di dunia mereka atau di tengah-tengah mereka (Willard, 2020).
Tidak Membandingkan Diri di Media Sosial
Dalam menggunakan media sosial untuk bisa terkoneksi dengan anak-anak, orang tua jangan sampai tenggelam di dalamnya hingga membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Jika orang tua tidak berusaha menjadi teladan yang baik, maka anak akan kehilangan teladan untuk menjadi dirinya sendiri ketika mereka merasa mendapatkan dampak buruk dari media sosial. Hal ini dikarenakan riset psikologis secara kontinu menunjukkan bahwa keadaan tidak bahagia dan narsistik pada anak-anak juga dipengaruhi oleh media sosial (Willard, 2020).
Bermedia Sosial secara Sadar
Kesadaran pikiran menjadikan kita bisa melihat kebaikan di semua hal termasuk media sosial. Jika orang tua menjadi teladan untuk anak-anak dalam sadar bermedia sosial, maka anak-anak perlu mengetahui pentingnya sadar ketika menggunakan media sosial. Tindakan sadar ini bisa dimulai dengan cara mempertanyakan niat dan harapan menggunakan media sosial sebelum membukanya. Selagi kita mempertanyakan niat dan harapan sebelum membuka media sosial, kita akan menyadari respon tubuh yang ternyata sudah otomatis merespon teknologi digital. Hal tersebut merupakan bentuk dari aktifnya neurokimia dalam otak jika diberi respon melalui notifikasi-notifikasi media sosial. Bermain media sosial pada orang tua secara sadar bisa didukung melalui latihan mematikan notifikasi, namun tetap menghidupkan notifikasi aplikasi darurat saja. Beberapa tindakan ini bisa diedukasi kepada anak-anak ketika hendak bermain teknologi digital, orang tua perlu menanyakan alasan anak menggunakan teknologi serta perjanjian lama waktunya.
Beberapa tips dari Willard untuk membangun pentingnya kesadaran dengan penggunaan teknologi secara kuat menganjurkan orang tua untuk menjadi sadar terlebih dahulu. Kesadaran terhadap diri sendiri tidak akan berhasil dikenalkan kepada anak tanpa adanya teladan yang nyata dari orang tua. Oleh sebab itu, berperan menjadi orang tua perlu diimbangi ilmu yang terus menerus berubah di sepanjang masanya seperti ucapan Ali bin Abi Thalib “didiklah anakmu sesuai zamannya, sebab mereka tidak hidup di zamanmu”, maka dengan demikian orang tua juga harus melek digital, jangan sampai anak-anak dididik oleh ponsel tanpa adanya pengawasan.
Buku praktis karya Willard tersebut menjadi rekomendasi untuk dibaca orang tua yang sadar pentingnya berkembang bersama anak, meskipun ada beberapa istilah atau kondisi yang cenderung berbeda dengan kondisi di Indonesia. Pesan penting untuk kita di masa digital ini adalah be present, enjoy with the moments! Hadirlah di masa ini, bersenanglah di setiap momen yang ada!
Penulis: Nur Amalia Fitri
Editor: Lu’luul Jannah
Sumber gambar: freepik.com
Referensi:
Anwar, Desi. (2020). Offline: Finding Yourself in the Age of Distractions. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
The Social Dilemma. (2020). [Film]. Directed by Jeff Orlowski. USA: Netflix.
Uhls, Yahda T., et al. (2014). “Five Days at Outdoor Education Camp without Screens Improves Preteen Skills with Nonverbal Emotion Cues”. Computers in Human Behavior. 39. 387-392.
Utami, Silmi Nurul. (2023). Jangan Tertukar, Ini Pengertian Generasi X, Y, Z, Milenial, dan Baby Boomer. Artikel. Kompas. Diakses pada 9 Mei 2023. Diakses melalui https://www.kompas.com/
Willard, Christopher (ed). (2020). Growing Up Mindful: Membentuk Anak Bahagia & Berkesadaran Pikiran. Bentang Pustaka: Yogyakarta.
Copyright 2021 Gerakan Indonesia Beradab. All Right Reserved