Tahukah Anda? Bahwa tipe-tipe pengasuhan itu mempengaruhi perkembangan kepribadian anak?
Keluarga adalah tempat pertama anak mengenal dunianya. Melalui keluarga pula ia tumbuh dan berkembang. Peran keluarga tentunya sangat krusial mengingat anak akan belajar pertama kali melalui lingkungan keluarganya. Oleh karena itu, pemilihan pola asuh bagi orang tua sangat penting untuk dipertimbangkan, mengingat hal itu akan berpengaruh pada moral, prinsip, dan perilaku anak seumur hidupnya.
Apakah yang dimaksud dengan pola asuh itu? Pola asuh adalah bagaimana gaya orang tua mendampingi anaknya dalam berbagai aspek kehidupan. Setiap orang tua memiliki tipe-tipe pola asuh yang berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena pengaruh lingkungan sosial, budaya, agama, bahasa, dan nilai-nilai individu. Setiap orang tua pasti berbeda bagaimana ia memberikan perhatian, mengajarkan kepatuhan, memberikan kesenangan bagi anak, dan bagaimana ia berusaha untuk anak mereka.
Pola asuh yang baik tentunya membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga yang dikeluarkan. Orang tua harus bisa membagi waktunya dengan baik antara anak dan kesibukan lainnya, sehingga anak dapat mencapai pertumbuhan yang maksimal. Dengan begitu, kelak saat anak sudah dewasa, ia mampu menjadi pribadi yang positif, sehat secara mental dan fisik, serta dapat bermanfaat bagi sekitarnya.
Menurut Baumrind (dalam Santrock 2018), terdapat 4 tipe pola asuh yang digunakan orang tua. Pada umumnya orang tua akan tergolong pada salah satu tipe pengasuhan, tetapi terkadang juga memiliki beberapa karakteristik dari tipe yang lain. Gaya pengasuhan juga dapat tergantung dari situasi yang ada. Berikut adalah 4 tipe pengasuhan tersebut.
1. Authoritarian Parenting
Authoritarian adalah kata dalam bahasa Inggris yang berarti otoriter atau kekuasaan terletak hanya pada satu orang, dalam hal ini yaitu orang tua. Gaya pengasuhan ini adalah gaya yang membatasi anak, menghukum anak, dan orang tua akan menasehati anak untuk mengikuti arahan mereka serta menghormati pekerjaan dan usaha yang telah dilakukan orang tua. Pada gaya pengasuhan ini, orang tua cenderung otoriter dimana mereka akan membuat batasan dan kontrol yang tegas terhadap anak, sehingga anak tidak memiliki kebebasan untuk berdiskusi lebih lanjut dengan orang tua.
Contohnya, orang tua akan memaksa anak melakukan sesuatu dengan caranya sendiri tanpa mempertimbangkan pendapat anak. Orang tua cenderung akan menegakkan aturan dengan kaku seperti dengan memukul anak dan memarahi anak tanpa menjelaskan mengapa ia melakukan hal tersebut kepada anak. Akibatnya, anak dari orang tua otoriter ini seringkali tidak bahagia, takut, cemas, sering membandingkan diri dengan orang lain, serta memiliki kemampuan komunikasi yang buruk. Bahkan untuk anak laki-laki dengan orang tua otoriter mungkin menjadi lebih agresif.
2. Authoritative Parenting
Arti dari Authoritative yaitu berwenang atau berwibawa, yang berarti pada tipe ini orang tua memiliki wewenang atas anaknya, namun tidak otoriter. Pada tipe pengasuhan ini, anak didorong untuk mandiri tetapi masih memberi batasan dan kontrol atas tindakan mereka. Diskusi bersama orang tua diperbolehkan serta orang tua akan memperlakukan anak dengan lembut dan penuh perhatian. Orang tua dengan gaya pengasuhan ini akan selalu mendukung dan melindungi anaknya. Mereka akan menghibur anak dan menegur dengan lembut apabila anak melakukan kesalahan, contohnya “kamu tahu kan seharusnya kamu tidak melakukan hal tersebut? Ayo kita perbaiki lagi di lain waktu.” Orang tua otoritatif akan mendukung setiap perilaku konstruktif yang ditunjukkan oleh anak. Mereka juga mendukung anak untuk berperilaku sesuai dengan usianya. Anak-anak dengan tipe pengasuhan ini seringkali lebih ceria, pintar dalam mengendalikan diri, mandiri, dan berorientasi pada prestasi. Selain itu, anak dengan orang tua otoritatif juga akan cenderung memelihara persahabatan dengan baik, mampu bekerja sama dengan orang yang lebih dewasa, dan mampu mengatasi stres dengan baik. Dalam sebuah penelitian keluarga Meksiko-Amerika, orang tua otoritatif cenderung memiliki remaja yang prososial dibandingkan dengan tipe pengasuhan lain (Carlo et al., 2017).
3. Neglectful Parenting
Neglectful dalam bahasa Indonesia berarti lalai atau abai. Pada gaya pengasuhan ini, orang tua benar-benar tidak terlibat dalam kehidupan anak dan cenderung mengabaikan anak. Orang tua neglectful akan memberikan kesan bahwa urusan yang lain lebih penting dibandingkan dengan kehadiran anak mereka. Anak-anak dari orang tua neglectful cenderung tidak kompeten dalam hal sosial. Anak-anak tersebut juga memiliki kontrol diri yang buruk dan tidak memiliki kemandirian yang baik. Mereka juga dapat memiliki self-esteem (harga diri)yang rendah serta mungkin dapat terasingkan dari kehidupan keluarga. Anak remaja dari orang tua neglectful cenderung akan terlibat dalam kenakalan remaja dan aktivitas membolos sekolah.
4. Indulgent Parenting
Indulgent memiliki arti sangat sabar atau pemurah. Indulgent parenting adalah ketika orang tua terlibat dalam kehidupan anak tetapi hanya memberikan sedikit tuntutan atau kontrol terhadap anak mereka. Orang tua akan membiarkan anak mereka melakukan hal-hal yang mereka inginkan. Akibatnya, anak tidak akan pernah belajar untuk mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu berharap mendapatkan hal yang mereka inginkan dengan instan. Beberapa orang tua menerapkan pola asuh ini karena percaya dengan perlakuan hangat dan sedikit pengekangan akan menghasilkan anak yang percaya diri dan kreatif. Namun, kenyataanya banyak anak-anak dari orang tua indulgent yang jarang menghormati orang lain dan kesulitan dalam mengendalikan perilaku mereka. Anak-anak ini cenderung lebih mendominasi, egosentris, tidak patuh, dan mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan teman sebaya.
Keempat pola asuh tersebut melibatkan kombinasi dari acceptance (penerimaan) dan responsiveness (responsif), serta demand (tuntutan) dan kontrol. Seperti dapat dilihat di gambar dibawah ini.
Dari keempat tipe pengasuhan tersebut, tipe yang paling tepat untuk diterapkan pada anak yaitu authoritative. Pada tipe ini orang tua memiliki peran seimbang sebagai pengontrol perilaku anak dan juga peduli dengan pendapat anak. Namun, hal ini kembali lagi dengan mempertimbangkan pada bagaimana budaya, adat, kondisi sosial ekonomi, dan nilai-nilai individu yang orang tua miliki. Semakin baik orang tua memberikan waktu dan tenaganya untuk memperhatikan tumbuh kembang anak, maka akan semakin baik pula perkembangan dan perilaku anak tersebut.
“Ini bukan tentang apa yang Anda lakukan untuk anak-anak Anda, tetapi apa yang telah Anda ajarkan untuk mereka lakukan sendiri yang akan membuat mereka menjadi manusia yang sukses”
– Ann Landers
Penulis: Nisa Irgi Deandra
Penyunting: Alifah Nur Istiqomah
Referensi
Sanvictores T, Mendez MD. Types of Parenting Styles and Effects On Children. [Updated 2022 Sep 18]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK568743/
Handayani, R., Purbasari, I., & Setiawan, D. (2020). Tipe-Tipe Pola Asuh Dalam Pendidikan Keluarga. Refleksi Edukatika: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 11(1), 16-23.
Santrock, Jhon. 2018. A Topical Approach To Life-Span Development (9th Edition). McGrow-Hill Education: New York.
Carlo, G., & et al. (2017, in press). Longitudinal relations among parenting styles, prosocial behaviors, and academic outcomes in U.S. Mexican adolescents. Child Development.
Copyright 2021 Gerakan Indonesia Beradab. All Right Reserved