Pastinya Anda sudah familiar dengan makanan bernama sandwich, bukan? Makanan populer khas Inggris tersebut terkenal memiliki rasa yang lezat nan nikmat. Tetapi kalau generasi sandwich, apakah Anda sudah pernah mendengarnya?
Meskipun istilah generasi sandwich telah muncul sejak lama, tetapi penggunaan istilah ini baru marak digunakan pada abad ke-21. Istilah generasi sandwich muncul pertama kali sebagai akibat dari perubahan demografis yang naik secara signifikan pada populasi di Amerika. Generasi sandwich sendiri mengacu pada individu yang, karena dipaksa oleh keadaan, berada dalam posisi sebagai pengasuh untuk anak-anak mereka, baik yang belum atau sudah dewasa, serta salah satu atau kedua orang tua yang makin bertambah usia. Individu dari generasi ini cenderung lahir pada tahun 1965 hingga 1980, di mana saat ini sedang berada pada kelompok usia 40 sampai 65 tahun. Akan tetapi, generasi sandwich saat ini sudah meluas hingga kelompok usia 20 sampai 30 tahun.
Dilihat dari pengertiannya saja, kita sudah dapat memiliki gambaran bahwa beban yang harus ditanggung generasi sandwich sangatlah berat dan tidak mudah. Lantas, bagaimana kondisi tersebut bisa terjadi?
Selama dua dekade terakhir, terutama pada tahun 1990-an, beberapa tren telah mengubah lingkungan keluarga, seperti orang hidup lebih lama, orang lebih memilih untuk menunda pernikahan, lebih banyak anak dewasa yang tinggal bersama orang tua mereka, dan meningkatnya jumlah orang dewasa yang kembali ke rumah orang tua setelah bercerai. Beberapa tren ini mengakibatkan banyak orang dewasa yang dihadapkan pada tantangan untuk menyeimbangkan kebutuhan anak dengan tuntutan memenuhi kebutuhan orang tua yang makin menua. Orang dewasa yang dituntut untuk “mengasuh” dua generasi tersebut harus memberikan perawatan dalam satu atau bahkan beberapa aktivitas sekaligus dalam kehidupan sehari-hari. Namun, masalah yang paling menonjol yang harus dihadapi oleh generasi ini, yaitu mencari waktu, energi, dan sumber daya untuk menyeimbangkan tuntutan persaingan kebutuhan orang tua dan anak-anak serta tanggung jawab yang terkait dengan pekerjaan atau karier.
Kondisi yang penuh tantangan dan tuntutan tersebut diibaratkan sebagai sebuah sandwich yang terdiri dari dua roti yang menghimpit sebuah daging. Roti bagian atas diibaratkan sebagai orang tua dan roti bagian bawah diibaratkan sebagai anak. Sedangkan isi utama dari sandwich, yaitu daging, yang terhimpit kedua roti diibaratkan sebagai seseorang yang harus menanggung dua generasi tersebut.
Walaupun rasa kasih sayang kepada keluarga tidak pernah padam, tetapi cengkeraman yang terus menerus menghantui generasi sandwich dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, terutama kesehatan mental. Stress yang menyerang generasi sandwich secara kontinu dapat berdampak pada berbagai masalah psikologis. Meskipun tantangan yang telah disebutkan sebelumnya lazim dialami oleh orang dewasa, tetapi generasi sandwich diliputi oleh ketegangan emosional, kurangnya waktu untuk diri sendiri, beban keuangan, dan konflik yang diciptakan oleh banyak peran yang harus dijalankan.
Lalu, apa yang bisa saya lakukan sebagai generasi sandwich?
Memastikan seluruh anggota keluarga dalam keadaan terpenuhi seluruh kebutuhannya merupakan impian utama dari generasi sandwich. Namun, akibat dari harapan tersebut, generasi ini seringkali tidak memiliki waktu untuk mengurus diri sendiri sehingga dapat mengalami masalah kesehatan. Berikut adalah tips singkat yang dapat membantu Anda untuk mengurangi potensi stress akibat dari tekanan yang harus Anda hadapi sebagai generasi sandwich.
1. Mengambil jeda sejenak dengan meluangkan waktu untuk diri sendiri
Setelah bekerja seharian, menjemput anak dari sekolah, lalu pulang ke rumah untuk memastikan orang tua sudah makan merupakan contoh rutinitas sehari-hari yang dapat membuat kelelahan. Meskipun rasa cinta kepada keluarga terus mengalir, tetapi pekerjaan tersebut tetap terasa sulit. Sebelum membantu menyelesaikan pekerjaan orang lain, sebaiknya Anda terlebih dahulu membantu diri sendiri. Anda tidak akan bisa membantu orang lain apabila kebutuhan Anda terabaikan begitu saja.
Anda dapat menyisihkan waktu untuk diri sendiri tanpa ada campur tangan orang lain, seperti melakukan olahraga, menjalankan hobi, dan menonton film. Anda juga dapat mengakui bahwa telah melakukan usaha yang terbaik serta menerima keadaan saat ini, seperti bersyukur karena masih memiliki orang tua atau memiliki pasangan yang selalu mendukung Anda. Terkadang merenungi dan memfokuskan kepada hal-hal positif dalam hidup dapat memberikan ketenangan pada pikiran.
2. Membagi peran dengan anggota keluarga yang lain
Walaupun Anda memiliki keinginan untuk menyelesaikan semua masalah sendirian, tetapi akan lebih baik jika Anda meminta bantuan dari orang lain. Anda dapat membagikan beberapa tanggung jawab yang harus Anda emban sendirian kepada orang lain dengan cara mengajak anggota keluarga lainnya untuk ikut serta.
Anak-anak dapat melakukan tugas harian di rumah, seperti mencuci pakaian, menyapu, dan membersihkan dapur. Anak yang lebih dewasa dapat menjemput adik mereka dari sekolah sehingga dapat memberikan kesempatan kepada Anda untuk membantu orang tua memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Selain itu, saudara Anda juga dapat membantu dengan melakukan perawatan yang berkaitan dengan kesehatan orang tua Anda.
3. Jangan ragu untuk berbagi cerita dengan orang yang tepat
Berbagi cerita kepada orang lain dapat mengurangi beban yang selama ini Anda pendam sendirian. Mengeluarkan keluh kesah yang selama ini Anda rasakan bukanlah sesuatu yang memalukan. Kerja keras yang selama ini Anda lakukan bukanlah sesuatu yang mudah untuk dijalani dan dengan bercerita maka kehidupan Anda akan terasa lebih lega dan lapang. Akan tetapi, akan lebih baik apabila Anda bercerita kepada seseorang yang tepat. Jangan sampai seseorang yang Anda ajak berkeluh kesah memberikan pendapat pribadi yang negatif hingga memperparah kondisi psikologis.
Jika Anda tidak memiliki tempat yang tepat untuk bercerita, Anda dapat mencari bantuan profesional, seperti psikolog. Mendatangi tenaga profesional merupakan salah satu langkah yang tepat karena diskusi yang Anda lakukan dengan mereka akan membantu Anda mendapatkan wawasan baru sehingga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan mental yang selama ini Anda hiraukan.
Jika Anda menjadi salah satu bagian dari generasi sandwich, tak ada salahnya untuk mulai memperhatikan keadaan diri sendiri. Memang benar generasi sandwich selalu berusaha memenuhi segala kebutuhan anggota keluarga. Namun, bukan berarti seluruh beban harus Anda tanggung sendiri. Istirahat sejenak, berkomunikasi dan berbagi peran dengan anggota keluarga, serta terbuka akan beban berat yang selama ini Anda tanggung, diharapkan dapat mengurangi stress yang selama ini Anda rasakan.
Penulis: Atikah Hana Hanifah
Penyunting: Nadia Eka Rahmayanti
Referensi
Burke, R. J. (n.d.). The sandwich generation: Individual, family, organizational and societal challenges and opportunities. The Sandwich Generation, 3–39. https://doi.org//10.4337/9781785364969.00007
Chisholm, J. F. (1999). The sandwich generation. Journal of Social Distress and the Homeless, 8(3), 177–191. https://doi.org/10.1023/a:1021368826791
Fleming, Lakeisha. (2022, May 22). Caregivers caught in the middle—How the overworked sandwich generation can cope. Very Well Mind. https://www.verywellmind.com/the-sandwich-generation-and-mental-health-5271123
Riley, L. D., & Bowen, C. “Pokey.” (2005). The sandwich generation: Challenges and coping strategies of multigenerational families. The Family Journal, 13(1), 52–58. https://doi.org/10.1177/1066480704270099
Ryback M.D., Ralph. (2016, February 22). From baby boomers to generation z: A detailed look at the characteristics of each generations. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-truisms-wellness/201602/baby-boomers-generation-z
Copyright 2021 Gerakan Indonesia Beradab. All Right Reserved