Menuju Peradaban Indonesia yang Tinggi dan Mulia

Kesehatan Mental di Tempat Kerja: Tantangan dan Strategi

October 19, 2023


Dalam era modern yang penuh tantangan ini, tempat kerja tidak hanya menjadi lingkungan di mana kita mengabdikan sebagian besar waktu kita, tetapi juga berperan penting pada kesejahteraan mental kita. Kesehatan mental di tempat kerja adalah topik yang semakin mendapat perhatian dan bukan tanpa alasan. Saat karyawan menghadapi tekanan, stres, dan tuntutan yang semakin besar, penting bagi kita untuk memahami dampak negatifnya  terhadap kesehatan menta. Di sisi lain, tempat kerja yang mendukung dan inklusif dapat menjadi faktor positif yang kuat dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan mental (Eisenbeiß & Van Knippenberg, 2014). Lingkungan tempat kerja kita dapat memberikan dampak yang positif dan negatif terhadap kesehatan mental kita tergantung kondisi lingkungan fisik dan sosial di tempat kerja. Dampak ini tidak hanya mempengaruhi individu saat bekerja, tetapi juga dapat merambat ke aspek lain dalam kehidupan sehari-hari, termasuk hubungan dengan keluarga.

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi secara mendalam dampak positif dan negatif tempat kerja terhadap kesehatan mental, serta menyajikan langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan untuk merawat kesehatan mental. Mari kita mulai dengan memahami dampak positif yang seringkali muncul. Berikut adalah dampak positif tempat kerja terhadap kesehatan mental.

  1. Lingkungan kerja sebagai social support

Berada di lingkungan kerja yang nyaman, dengan mentor dan rekan kerja yang suportif, dapat menjadi dukungan sosial yang penting untuk kesejahteraan mental kita. Selain itu, Interaksi dan koneksi yang aktif dengan rekan kerja di tempat kerja dapat membantu kita mengatasi rasa kesepian dan isolasi. 

  1. Tempat kerja membantu menemukan tujuan dan identitas diri

Lingkungan kerja dapat membantu kita dalam menemukan tujuan dan identitas diri kita. Terutama jika dalam pekerjaan itu, kita melakukan pekerjaan yang “meaningful” atau bermakna bagi kita dan tidak sekedar melakukan tugas yang diberikan. Individu yang melakukan meaningful work dan berada di tempat kerja yang tidak bertentangan dengan nilai atau value dirinya dapat membantu kesejahteraan mentalnya. Selain itu, individu yang bekerja ditemukan memiliki self-esteem dan self worth yang lebih tinggi (Steger, 2016).

  1. Tempat kerja sebagai tempat pengembangan diri

Lingkungan dan atmosfer tempat kerja kita dapat membantu kita dalam mengembangkan berbagai skill yang penting untuk pengembangan diri. Keahlian dan prestasi yang berhasil dicapai tempat kerja dapat mempengaruhi kesejahteraan mental karyawan.

Itu adalah beberapa dampak positif yang diberikan oleh tempat kerja yang sehat terhadap kesehatan mental. Lalu bagaimana jika kita berada di tempat kerja yang toxic atau lingkungan yang tidak sehat dan tidak nyaman bagi kita?

  1. Menimbulkan stres

Jumlah dan kesulitan pekerjaan yang tinggi dapat menimbulkan stres pada individu apalagi jika pekerjaan yang dilakukan jauh melebihi deskripsi pekerjaan  yang dibebankan. Beban kerja berlebihan yang terus menerus dan deadline yang terlalu pendek dapat berkontribusi terhadap kelelahan emosional. Ketika individu menghadapi tingkat stres yang tinggi di tempat kerja, mereka cenderung membawa stres ini pulang ke rumah. Ini dapat berdampak negatif pada hubungan dengan anggota keluarga karena mereka dapat merasakan ketegangan dan perubahan perilaku pada individu tersebut.

  1. Burnout emosional dan fisik

Lingkungan kerja dengan desain pekerjaan yang buruk dapat menimbulkan burnout fisik dan emosional. Desain pekerjaan yang buruk dapat mencakup durasi kerja yang terlalu panjang, pembagian tugas yang tidak merata, standar keselamatan kerja yang kurang memadai, sistem shift yang tidak konsisten dan kurang diawasi. Burnout emosional dan fisik yang dialami individu dapat mengubah tingkah laku individu di rumah, membuat mereka kurang sabar, lebih sensitif, atau bahkan menarik diri dari interaksi sosial. Semua ini dapat mempengaruhi hubungan dengan keluarga, karena individu mungkin menjadi kurang bersedia untuk terlibat dalam aktivitas keluarga atau memberikan dukungan emosional yang diperlukan.

  1. Harassment dan bullying di tempat kerja

Lingkungan kerja yang tidak sehat  memungkinkan adanya bully dan pelecehan, baik dalam bentuk verbal maupun fisik. Harassment dan bullying di tempat kerja menunjukkan lingkungan kerja yang tidak aman. Hal ini dapat meningkatkan potensi masalah kesehatan mental di tempat kerja, seperti kecemasan dan depresi. 

  1. Rasa kesepian dan isolasi di tempat kerja

Tempat kerja justru dapat menimbulkan rasa kesepian dan isolasi jika  tidak ada interaksi dan koneksi yang aktif antar rekan kerja. Kurangnya komunikasi dari atasan juga berkontribusi terhadap rasa kesepian dan isolasi di tempat kerja. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan bagaimana kondisi interaksi dan komunikasi di tempat kerja kita. Ini juga berkaitan dengan apakah terdapat generational gap yang tinggi antara rekan kerja dan bagaimana sistem inklusivitas di tempat kerja. Kesepian di tempat kerja dapat membuat individu lebih terfokus pada perasaan negatif mereka saat pulang ke rumah, yang dapat mempengaruhi kualitas interaksi dan komunikasi mereka dengan anggota keluarga.

Nah, kita sudah mengetahui beberapa dampak positif dan negatif lingkungan kerja terhadap kesehatan mental. Dampak-dampak tersebut dapat muncul tergantung keadaan tempat kerja kita. Lalu apa yang bisa kita lakukan demi menjaga kesehatan mental kita di tempat kerja?

  1. Melakukan manajemen stres

Selama di tempat kerja kita dihadapkan dengan banyak pekerjaan dengan deadline yang terus mengikuti kita. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, pekerjaan yang menumpuk dapat menimbulkan stres. Untuk menghadapi hal tersebut, sebagai karyawan, kita dapat menerapkan manajemen stres seperti mindfulness, deep breathing exercise, dan olahraga ringan seperti berjalan dan stretching.

  1. Mencari dukungan sosial di tempat kerja

Untuk menghadapi rasa kesepian dan isolasi di tempat kerja, kita dapat membangun hubungan dengan rekan kerja seawal mungkin di tempat kerja. Koneksi sosial di tempat kerja dapat membantu sebagai dukungan emosional dan mengurangi isolasi di tempat kerja.

  1. Memprioritaskan kesehatan diri

Letakkan perawatan diri (fisik dan mental) dengan berpartisipasi dalam aktivitas yang meningkatkan kesehatan mental dan fisik, seperti olahraga rutin, diet yang sehat, tidur yang cukup, dan hobi yang menyenangkan.

  1. Mengenali work-life balance

Sebagai pekerja, penting untuk mengenali waktu yang penting untuk bekerja dan untuk kehidupan di luar pekerjaan. Tetapkan batasan yang jelas antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. Pastikan jam kerja tidak terlalu sering overextend dan pastikan memiliki jadwal waktu istirahat untuk aktivitas santai. Ini dapat membantu untuk mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan mental. Menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi yang sehat, akan membantu karyawan menjadi lebih sehat secara fisik dan mental, sehingga meningkatkan produktivitas, kepuasan kerja, dan kebahagiaan secara keseluruhan.

  1. Mengenali tanda-tanda burnout

Berhati-hatilah untuk terhadap tanda-tanda burnout seperti kelelahan yang berkelanjutan, berkurangnya motivasi bekerja, dan kelelahan emosional. Apabila mengalami gejala-gejala ini, segeralah mengambil tindakan untuk mengatasinya dengan mencari dukungan sosial atau mengurangi beban kerja.

Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif dan serba cepat, kesehatan mental di tempat kerja merupakan aset yang tak ternilai. Seiring dengan menyoroti dampak negatifnya, kita juga telah melihat bagaimana tempat kerja yang mendukung, berperan positif dalam meningkatkan kesehatan mental karyawan. Namun, perlu diingat bahwa masalah kesehatan mental di tempat kerja tidak hanya berdampak pada individu yang bekerja, tetapi juga dapat membawa implikasi serius pada hubungan mereka dengan keluarga. Stres, kelelahan emosional, atau bahkan perlakuan kasar di tempat kerja dapat menciptakan ketegangan yang mempengaruhi suasana di rumah. Pada akhirnya, hubungan individu yang bekerja dengan keluarganya juga dapat terpengaruh.

Dengan menyadari risiko dan manfaat yang ada, kita sebagai pekerja memiliki kendali untuk menjaga kesehatan mental kita sendiri. Dengan memprioritaskan work-life balance, mengelola stres, mencari dukungan sosial, memprioritaskan perawatan diri, dan mengenal tanda-tanda burnout, kita dapat memastikan bahwa kesehatan mental kita tetap terjaga. Dengan demikian, kita dapat mencapai keseimbangan yang lebih baik antara karier dan kehidupan pribadi serta memastikan bahwa kita tetap sehat, sejahtera, dan produktif, baik di tempat kerja maupun di rumah. Semoga artikel ini memberikan wawasan yang berguna dan menginspirasi kita untuk selalu memprioritaskan kesehatan mental, tidak hanya untuk diri kita sendiri tetapi juga untuk kebahagiaan keluarga kita. Tetaplah sehat, sejahtera, dan dekat dengan orang-orang yang kita cintai! 😉

Referensi:

2019 Mind The Workplace Report. (n.d.). Mental Health America. https://mhanational.org/research-reports/2019-mind-workplace-report

Coping with stress at work. (2018, October 14). https://www.apa.org. https://www.apa.org/topics/healthy-workplaces/work-stress

Eisenbeiß, S. A., & Van Knippenberg, D. (2014). On ethical leadership impact: The role of follower mindfulness and moral emotions. Journal of Organizational Behavior, 36(2), 182–195. https://doi.org/10.1002/job.1968

Einarsen, S., & Nielsen, M. B. (2014). Workplace bullying as an antecedent of mental health problems: a five-year prospective and representative study. International Archives of Occupational and Environmental Health, 88(2), 131–142. https://doi.org/10.1007/s00420-014-0944-7

Hanson, L. L. M., Theorell, T., Bech, P., Rugulies, R., Burr, H., Hyde, M., Oxenstierna, G., & Westerlund, H. (2009). Psychosocial working conditions and depressive symptoms among Swedish employees. International Archives of Occupational and Environmental Health, 82(8), 951–960. https://doi.org/10.1007/s00420-009-0406-9

Rugulies, R. (2018). What is a psychosocial work environment? Scandinavian Journal of Work, Environment & Health, 45(1), 1–6. https://doi.org/10.5271/sjweh.3792

Supporting Mental Health in The Workplace. (n.d.). https://www.nami.org/Blogs/NAMI-Blog/December-2022/Supporting-Mental-Health-in-The-Workplace

Steger, M. F. (2016). Creating meaning and purpose at work. In John Wiley & Sons, Ltd eBooks (pp. 60–81). https://doi.org/10.1002/9781118977620.ch5

Wanberg, C. R. (2012). The individual experience of unemployment. Annual Review of Psychology, 63(1), 369–396. https://doi.org/10.1146/annurev-psych-120710-100500

World Health Organization: WHO. (2019). Mental health in the workplace. www.who.int. https://www.who.int/news-room/commentaries/detail/mental-health-in-the-workplace

Penulis: Alif Akbar Rifa’i/LAKI

Editor: Lu’luul Jannah/LAKI

Sumber gambar: Nataliya Vaitkevich (Pexels)