Menuju Peradaban Indonesia yang Tinggi dan Mulia

Pentingnya Dukungan Emosional dari Orang Tua

May 2, 2025


Kita sebagai orang tua tentu ingin yang terbaik untuk anak kita. Kita rela berkorban demi masa depan anak kita nantinya. Kita rela untuk berusaha sekuat tenaga untuk memberi dukungan sebesar mungkin kepada sang anak, terkhususnya dukungan finansial. Namun, tuntutan untuk bekerja keras tersebut tidak jarang membuat kita terluput dari hal-hal yang terkesan sederhana tetapi sangat penting. Salah satu hal yang terkesan sederhana namun sangat penting tersebut adalah dukungan emosional. 

Berbagai penelitian telah menunjukkan betapa pentingnya dukungan emosional  dari orang tua terhadap anaknya. Anak yang tidak mendapatkan dukungan emosional yang cukup akan cenderung untuk mengalami berbagai permasalahan dalam perkembangannya, mulai dari ketidakpercayaan diri hingga depresi (Bourne et al., 2022; Romm et al., 2021; Mccarty et al., 2005). 

Dukungan emosional menekankan pada upaya pemberian rasa aman dan penerimaan. Dukungan emosional dilakukan dengan cara mengekspresikan kepedulian dan kasih sayang dengan cara yang baik dan dapat diterima anak (Heilat & Seifert, 2019). Dukungan emosional tidak terbatas pada ucapan selamat dan terima kasih ketika anak telah melakukan sesuatu yang baik atau hebat. Dukungan emosional juga perlu kita berikan ketika anak berbuat kesalahan atau kegagalan, bukan untuk menormalisasi kesalahan atau kegagalan tersebut, tetapi agar anak bisa belajar darinya. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rangka memberi dukungan emosional kepada anak:

Niat yang Tulus dan Cara yang Benar

Dukungan emosional harus dilakukan secara tulus dan benar. Tulus berarti itu semua dilakukan benar-benar demi kebaikan sang anak. Niat yang tulus juga harus diikuti dengan cara yang benar. Cara yang benar berarti cara tersebut memang dipandang dapat memberi kebaikan kepada sang anak. Namun, setiap anak berbeda. Setiap anak lahir dengan keadaan dan di lingkungan yang berbeda. Setiap anak punya keunikannya masing-masing, dan cara mendekati setiap anak itu berbeda-beda pula. Oleh karenanya, kita juga harus memastikan bahwa komunikasi kita dengan sang anak berjalan dengan baik. 

Hadir dengan Mendengarkan

Orang tua yang baik adalah orang tua yang mampu mendengarkan dengan baik. Mendengarkan dengan baik menuntut kesabaran, untuk tidak merasa lebih tahu daripada sang anak. Mendengarkan dengan baik berarti kita tidak menyela anak sampai ia selesai berbicara terlebih dahulu. Mendengarkan dengan baik akan membuat sang anak merasa bahwa orang tuanya peduli dan sayang kepadanya (Heilat & Seifert, 2019). Ini adalah langkah pertama untuk membangun kedekatan dengan sang anak.

Memvalidasi Emosi Anak

Validasi emosi menjadi salah satu aspek penting dalam komunikasi yang hangat. Memvalidasi emosi berarti mengakui dan menerima perasaan sang anak, baik yang positif maupun negatif. Hal tersebut dikarenakan emosi adalah sesuatu yang perlu kita proses alih-alih ditekan. Dengan memvalidasi emosinya, kita  akan membantu anak dalam mengembangkan kemampuannya untuk mengenali dan meregulasi emosi mereka sendiri (Lambie et al., 2020).

Memeluk Anak

Berpelukan adalah cara yang sangat sederhana tetapi sangat bermanfaat bagi hubungan antara orang tua dan anak. Begitu banyak penelitian yang menunjukkan betapa bermanfaatnya bagi orang tua untuk memeluk anaknya. Pelukan dari orang tua menjadi salah satu cara terbaik untuk membuat anak merasakan kasih sayang dan rasa aman (Howe, 2014). 

Menjadi orang tua tidak hanya soal menyediakan kebutuhan fisik anak, tetapi juga hadir untuk memenuhi kebutuhan emosional mereka. Menjadi orang tua memang tidak mudah, diperlukan kesabaran yang tinggi dan keinginan untuk terus belajar. Meski begitu, rasa sayang orang tua terhadap anaknya pun juga tidak terbatas. Oleh karenanya, mari untuk terus memperjuangkan kebaikan-kebaikan demi masa depan anak-anak kita.

Daftar Pustaka

Bourne, S. V., Korom, M., & Dozier, M. (2022). Consequences of inadequate caregiving for children’s attachment, neurobiological development, and adaptive functioning. Clinical Child and Family Psychology Review, 25(1), 166–181. https://doi.org/10.1007/s10567-022-00386-4

Heilat, M. Q., & Seifert, T. (2019). Mental motivation, intrinsic motivation and their relationship with emotional support sources among gifted and non-gifted Jordanian adolescents. Cogent Psychology, 6(1). https://doi.org/10.1080/23311908.2019.1587131

Howe, D. (2014). Where the child is the concern: working psychotherapeutically with parents. In Routledge eBooks (pp. 67–78). https://doi.org/10.4324/9781315764283-10

Lambie, J. A., Lambie, H. J., & Sadek, S. (2020). “My child will actually say ‘I am upset’ . . . Before all they would do was scream”: Teaching parents emotion validation in a social care setting. Child Care Health and Development, 46(5), 627–636. https://doi.org/10.1111/cch.12770

Mccarty, C. A., Zimmerman, F. J., Digiuseppe, D. L., & Christakis, D. A. (2005). Parental emotional support and subsequent internalizing and externalizing problems among children. Journal of Developmental & Behavioral Pediatrics, 26(4), 267–275. https://doi.org/10.1097/00004703-200508000-00002

Romm, K. F., Metzger, A., & Turiano, N. A. (2021). Parental Emotional support and health problems: The role of social support and social strain. Journal of Adult Development, 28(4), 319–331. https://doi.org/10.1007/s10804-021-09379-z

Penulis : Frivandhi Hidayat/LAKI

Editor : Alif Akbar Rifa’i/LAKI