Pengasuhan anak selama ini dianggap sebagai tugas utama seorang Ibu. Sedangkan seorang ayah dianggap sebagian orang hanya sebagai sosok pengasuh sekunder dalam pengasuhan. Seringnya peran ayah dipahami hanya sebatas memberikan nafkah dan melindungi keluarga. . Ini adalah anggapan yang bisa kita temukan pada sebagian orang.
Persepsi yang diyakini ini, terbentuk dan tertanam dapat dipengaruhi oleh peran sosial yang sudah terbentuk sebagai sebuah budaya dalam masyarakat kita. Selain itu, secara biologis, perempuan dapat lebih mudah sadar akan peran dan tanggung jawab barunya sebagai Ibu karena selama masa kehamilan terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis, yang juga disertai dengan dukungan sosial dari lingkungan sekitar dalam mempersiapkan peran baru sebagai Ibu (Louca & Omari, 2020). Sebaliknya, laki-laki tidak banyak mengalami proses bio-psikologis yang serupa. Perbedaan proses ini lah yang membuat seorang Ibu lebih melekat secara emosional dengan buah hatinya. Dengan demikian, Ibu akan lebih merasa memiliki tanggung jawab yang lebih besar daripada ayah dalam pengasuhan.
Bukan berarti seorang ayah tidak sayang dan tidak memiliki tanggung jawab dalam proses pengasuhan. Namun, kurangnya proses-proses seperti yang dialami sang Ibu, membuat seorang ayah merasa lebih berhati-hati dan membuat keputusan dengan lebih sadar dalam proses pengasuhan (Goodman, 2005). Karena itulah seorang ayah cenderung memilih untuk menyerahkan tugas pengasuhan kepada Ibu. Padahal, ayah juga memegang peran krusial dalam pengasuhan anak yang tidak bisa sepenuhnya digantikan oleh Ibu.
Dalam artikel ini, kami akan membahas tentang bagaimana keterlibatan ayah dalam proses pengasuhan berperan positif terhadap perkembangan anak laki-laki.. Kenapa sih Ayah perlu turut terlibat dalam proses pengasuhan?
Ayah adalah role model bagi anak laki-laki
Seorang anak laki-laki tentu saja memerlukan sosok sebagai sumber acuan yang mereka contoh perilakunya. Tentu saja,sosok terdekat yang bisa mereka jadikan acuan dalam berperilaku adalah Ayah. Kehadiran dan keterlibatan ayah dalam pengasuhan sejak masa infancy hingga remaja akan membantu anak dalam membentuk identitas diri, moral, dan perasaan aman (Louca & Omari, 2020). Bagaimana seorang anak laki-laki diharapkan bersikap dan berperilaku sesuai dengan perannya sebagai laki-laki jika dia tidak ada sosok laki-laki yang membimbing dan menjadi contoh untuk dirinya di rumah.
Membangun resiliensi dalam diri anak
Kehadiran dan keterlibatan ayah dalam pengasuhan berperan penting dalam membuat anak laki-laki menjadi individu yang tahan banting. Apa artinya? Artinya laki-laki yang memiliki hubungan yang hangat dengan ayahnya memiliki tingkat resiliensi emosional yang lebih baik daripada individu yang tidak memiliki kehadiran ayah di masa perkembanganya. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan dapat membantu anak membentuk regulasi emosi dan resiliensi yang baik ketika berhadapan dengan masalah dalam kehidupannya (Mallers et al., 2010).
Membantu membentuk karakter anak yang percaya diri
Adanya keterlibatan ayah dalam pengasuhan dapat berperan positif terhadap pembentukan karakter anak yang percaya diri, baik dalam mempresentasikan dirinya ataupun percaya diri dalam pengambilan keputusan. Keterlibatan aktif seorang ayah dalam pengasuhan juga dapat membantu anak mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang kuat, sehingga mendorong rasa percaya diri. Interaksi yang konsisten dan mendukung dari seorang ayah memungkinkan anak untuk merasa didukung dan dihargai, sehingga mereka lebih mampu mengatasi tantangan dan mengembangkan potensi diri dengan keyakinan yang tinggi. (Paquette, 2004; Rodrigues et al., 2021; Trahan, 2018).
Secara keseluruhan, peran ayah dalam pengasuhan anak merupakan bagian tak terpisahkan dalam membentuk generasi masa depan yang kuat dan berdaya. Dengan keterlibatan, kasih sayang, dan dukungan yang diberikan oleh seorang ayah, anak dapat tumbuh menjadi individu yang memiliki identitas yang kuat, resiliensi yang tinggi, dan percaya diri dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Mari kita bersama-sama menghargai dan memberikan pengakuan yang pantas bagi pentingnya peran ayah dalam pengasuhan anak laki-laki. Mari kita berkomitmen untuk menyebarkan kesadaran akan pentingnya kehadiran, keterlibatan, dan dukungan seorang ayah dalam proses tumbuh kembang anak laki-laki. Dengan memahami dan menghargai peran ayah yang tak ternilai ini, kita dapat membantu menciptakan generasi penerus yang kuat, tangguh, dan percaya diri untuk menghadapi tantangan masa depan
Referensi:
Goodman, J. H. (2005). Becoming an involved father of an infant. Journal of Obstetric, Gynecologic & Neonatal Nursing, 34(2), 190–200. https://doi.org/10.1177/0884217505274581
Louca, E. P., & Omari, O. A. (2020). The (Neglected) role of the father in Children’s mental health. New Ideas in Psychology, 59, 100782. https://doi.org/10.1016/j.newideapsych.2020.100782
Mallers, M. H., Charles, S. T., Neupert, S. D., & Almeida, D. M. (2010). Perceptions of childhood relationships with mother and father: Daily emotional and stressor experiences in adulthood. Developmental Psychology, 46(6), 1651–1661. https://doi.org/10.1037/a0021020
Paquette, D. (2004). Theorizing the Father-Child Relationship: Mechanisms and developmental outcomes. Human Development, 47(4), 193–219. https://doi.org/10.1159/000078723
Rodrigues, M., Sokolovic, N., Madigan, S., Luo, Y., Silva, V., Misra, S., & Jenkins, J. M. (2021). Paternal Sensitivity and Children’s Cognitive and Socioemotional Outcomes: A Meta‐Analytic Review. Child Development, 92(2), 554–577. https://doi.org/10.1111/cdev.13545
Trahan, M. H. (2018). Paternal self-efficacy and father involvement: A bi-directional relationship. Psychology of Men and Masculinity, 19(4), 624–634. https://doi.org/10.1037/men0000130
Penulis : Alif Akbar Rifa’i/LAKI
Penyunting : Lu’luul Jannah/LAKI
Sumber gambar : Vecteezy Pinterest
Copyright 2021 Gerakan Indonesia Beradab. All Right Reserved