Dunia yang kita huni semakin menua. Banyak hal berubah dan bergeser seperti tak semestinya. Kehidupan manusia yang rumpang sering kita temuibahkan hadapi. Setelah ditelusur lebih jauh, permasalahan utama berasal dari Rumah. Rumah yang harusnya ramah penuh dekap hangat malah menjadi tempat yang paling asing dan paling rumit. Rumah yang harusnya dekat, menjadi tempat paling berjarak bagi penghuninya. Seakan tembok-temboknya menjadi pembatas yang memberi jarak untuk saling menerima, berbagi atau bahkan sekedar menjadi diri sendiri. Rumah yang tak lagi penuh oleh kasih sayang. terasa sunyi dan dingin sebab tak lagi ada kebersamaan. Rumah yang riuh oleh luka, atau terlalu sunyi sebab banyak air mata yang tersembunyi. Berapa banyak pula kita temukan rumah yang rapuh, sebab tak memiliki tujuan mengapa para penghuninya hidup dalam satu atap yang sama. Rumah juga tak lagi diisi dengan petuah atau teladan dimana nilai-nilai penting dan sakral untuk mengarungi kehidupan diajarkan.
Padahal, sesungguhnya tidak berlebihan jika kita sebut Rumah sebagai kata yang paling tepat untuk disandingkan dengan kata Pulang. Pulang untuk beristirahat dari segala tuntutan. Pulang menuju tempat paling aman dan nyaman, untuk membasuh peluh dari lelahnya dunia yang terus memburu. Rumah bahkan menjadi tempat berangkat yang selalu membuat setiap insan di dalamnya kuat menghadapi liarnya tantangan dunia yang melelahkan dan melenakan. Rumah seharusnya tak hanya sekedar susunan batu bata, namun juga susunan kasih sayang yang saling menguatkan. Rumah tak hanya sekedar bangunan kosong yang bisu, alangkah tentramnya ketika rumah terisi penuh dengan tawa, ceria bukan hanya tentang bahagia tapi juga berbagi duka. Rumah bukan hanya sepetak ruangan benda mati. Lebih dari itu, rumah akan terasa hidup karena setiap penghuninya saling bercengkrama, bersinergi, berbagi, dan terus berjuang memperbaiki diri.
Demi mewujudkan rumah yang tentram tentu tak akan lepas dari kondisi kesehatan mental para penghuninya. Kesehatan mental setiap individu mampu dimulai dari keluarga. Yang mengambil peran penting dalam kehidupan manusia. Sebab keluarga merupakan sebuah ikatan yang abadi, sehingga dalam keluarga inilah akan terjadi proses belajar, mendidik dan mengasuh sehingga adanya transfer nilai-nilai baik untuk menjalani kehidupan yang berlangsung sepanjang hayat. Termasuk diantaranya mendidik jiwa agar manusia sehat secraa mental, utuh dan memahami tujuan hidupnya. Hal-hal yang mampu mempengaruhi kesehatan mental setiap anggota keluarga adalah Interaksi dan keterlibatan setiap anggota keluarga, serta bagaimana peran dijalankan dalam keluarga. Dalam keluarga juga terjadi jalinan kasih sayang berupa dukungan emosional. Selain itu Keluarga juga berperan penting dalam mewujudkan kesehatan mental sebab keluarga adalah lingkaran paling dekat bagi individu sehingga mampu mendeteksi ketika salah seorang anggota keluarganya mengalami kesulitan terutama kaitannya dengan gangguan mental. Dan lebih lanjut lagi, keluarga juga yang mampu berperan memberikan pertolongan pertama psikologis atau meminta dan menghubungkan pada bantuan profesional jika ada anggota keluarga yang membutuhkan.
Mari kita tilik sedikit tentang apa itu kesehatan mental. Kesehatan mental adalah kondisi kejiwaan seseorang yang mampu mengenali potensi dirinya, mampu menghadapi tekanan harian, berperilaku produktif dan positif, serta mampu berkontribusi pada masyarakat atau keluarganya. Kesehatan mental sangat penting bagi seorang manusia, karena akan sangat berpengaruh pada bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, baik sebagai individu atau sebagai makhluk sosial. Kesehatan mental seseorang akan sangat berkaitan dengan faktor biologis, psikologis dan sosial. Biologis mencakup hal-hal yang bersifat fisik yang mempengaruhi kinerja hormon, genetis, sistem syaraf, usia, dsb. Faktor psikologis berkaitan dengan persepsi seseorang pada suatu hal, kebermaknaan diri, keyakinan seseorang pada suatu nilai yang dipercaya, kemampuan beradaptasi, dan ada atau tidaknya kecanduan pada suatu hal, dsb. Sedangkan faktor sosial tentu berkaitan ada bagaimana kualitas hubungan dengan oranglain, juga berkaitan dengan keamanan di lingkungan tempat tinggal (dalam keadaan konflik atau bencana dsb), kebudayaan setempat, lingkungan kerja, kondisi ekonomi, dan yang paling digarisbawahi adalah hubungan dan atau kondisi keluarga. Jika ditinjau lebih jauh, Keluarga bagi seorang individu mampu menjadi faktor protektif sekaligus faktor risiko terhadap kesehatan mental seseorang. Faktor protektif artinya mampu mendukung individu untuk menjaganya tetap sehat mental, atau bahkan meningkatkan kesehatan mentalnya. Jika seseorang berada dalam kondisi gangguan mental dengan keluarga yang berfungsi dengan baik, akan membantu seseroang tersebut untuk kembali pulih dengan baik. Sedangkan jika keluarga menjadi faktor risiko untuk kesehatan mental seseorang, artinya kesehatan mental seseorang akan terganggu atau tidak stabil karena disebabkan oleh permasalahan dalam keluarga. Tentu kita tidak ingin hal ini terjadi, meski kenyataannya ada banyak sekali keluarga yang malah menjadi sumber penyebab kesehatan mental seseorang terganggu.
Mengingat sedemikian pentingnya kesehatan mental, maka penting untuk terus mengusahakannya. Mengingat bahwa keluarga adalah lingkaran yang sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang, maka usaha-usaha mewujudkan kesehatan mental dapat diusahakan dari Rumah. Lalu bagaimana agar rumah mampu menjadi tempat yang mendukung mental yang sehat?
Terlebih dahulu kita perlu memahami bahwa keluarga merupakan sebuah sistem, artinya segala yang terjadi dalam keluarga bersifat saling mempengaruhi, seperti sebuah gear. Dalam teori Sistem, Keluarga terdiri dari sub-sistem marital (pasangan suami-istri), sub-sistem parental (orangtua pada anak) dan sub-sistem siblings (anak dengan anak atau antar saudara kandung). Dimana setiap subsistem akan saling mempengaruhi satu sama lain. Maka, Kaitannya dengan kesehatan mental dalam keluarga, poros penting berjalannya fungsi di rumah tersebut ada pada hubungan suami-istri. Sehingga sangat penting untuk mengusahakan hubungan suami-istri yang berkualitas. Dimulai dari merumuskan tujuan dan visi misi pernikahan, kemudian pembagian peran yang jelas dan terlaksana dengan baik namun tetap fleksibel dan saling membantu, komunikasi positif, pemenuhan kebutuhan emosional, dan fisik.
Hubungan suami istri ini akan sangat mempengaruhi bagaimana mereka menjalankan perannya, menghadapi tantangan kehidupan dalam rumah tangga, dan tentu cara pengasuhan pada anak. Pengasuhan juga aspek yang sangat mempengaruhi terwujudnya kesehatan mental. Karena dalam pengasuhan inilah salah satu faktor terbentuknya diri seorang individu. Pengasuhan merupakan salah satu fungsi keluarga yang sangat penting. Bagaimana pengasuhan diterapkan akan sangat mempengaruhi kebahagiaan seorang anak, yang nantinya akan sangat berdampak terhadap kesehatan mentalnya, hal ini tentu akan membentuk anak dalam memaknai kehidupan dan menjalaninya.
Kita tentu ingin mewujudkan rumah yang hangat. Rumah yang tak hanya sebagai tempat singgah. Namun juga rumah yang membuat seluruh keluarga utuh dan sehat secara mental. Maka yang perlu diusahakan bersama adalah peran setiap anggota keluarga apakah tersistem dan berfungsi dengan baik atau tidak, bagaimana interaksi dan komunikasi yang terjalin dalam keluarga. Komunikasi yang diinginkan tentu komunikasi yang positif serta adanya muatan emosi yang dalam. komunikasi dan interaksi yang jujur, hangat dan terbuka akan sangat berarti bagi setiap anggota keluarga. Selanjutnya, apakah kehidupan setiap individu dalam keluarga terjamin atau tidak, adakah rasa aman dan nyaman secara materi dan psikologis dalam keluarga, kualitas hubungan anak dan orangtua. Tentu keluarga yang bahagia bukan yang tanpa gelombang dan konflik, namun keluarga mampu memiliki daya adaptasi yang baik serta mampu memiliki resolusi konflik atau menyelesaikan permasalahan dengan baik. Meski respon awal dari sebuah konflik atau ujian itu tetap dirasa sulit, namun keluarga tersebut mampu memiliki keuletan untuk menghadapinya bersama-sama. ada atau tidaknya anggota keluarga yang mengalami gangguan mental (psikosis) juga menjadi hal yang harus diperhatikan. Jika ada salah satu anggota yang berkebutuhn khusus, maka penerimaan adalah kunci pertama, selanjutnya sikap untuk mencari bantuan profesional dan terus menambah ilmu tentang cara-cara penanganan yang tepat, serta memiliki support group sesama care giver akan sangat membantu. Hal yang paling penting dan utama dalam mewujudkan keluarga bahagia yang mendukung kesehatan mental adalah bagaimana keluarga tersebut memaknai dan mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupannya, hingga agama menjadi naas dari setiap gerak dalam keluarga. Hingga nilai ketuhanan akhirnya menjadi orientasi utama dan sebagai penambat dari semua hal di kehidupan. Dengan demikian, rumah akan mampu menjadi faktor proteksi yang kuat bagi setiap anggotanya untuk mendukung terwujudnya kesehatan mental.
Reference :
Avasthi, A. (2010). Preserve and strengthen family to promote mental health. Indian Journal of Psychiatry, 52(2), 113. https://doi.org/10.4103/0019-5545.64582
Demetriou, C. (2014). The role of family in mental health problems among adolescents from community and clinical settings in Cyprus [Doctoral thesis, University of Roehamp]. https://pure.roehampton.ac.uk/portal/en/studentTheses/the-role-of-family-in-mental-health-problems-among-adolescents-fr
Subandi, M. (2011). The Role of Family Empowerment and Family Resilience on Recovery from Psychosis. Paper presented at the World Conference on Psychology, Counseling and Guidance, Antalya, Turkey, 21-25 April 2010.
Penulis : Sakti Mutiara Evitasari, S.Psi. / LAKI
Peninjau : Alif Akbar Rifa’i / LAKI
Copyright 2021 Gerakan Indonesia Beradab. All Right Reserved