Menuju Peradaban Indonesia yang Tinggi dan Mulia

Seni Komunikasi untuk Menjaga Kehangatan dalam Keluarga

November 26, 2022


Hampir setiap hari kita pasti berkomunikasi dengan orang lain, terutama dengan anggota keluarga, bukan? Komunikasi tidak hanya sekadar berbicara satu sama lain. Akan tetapi, lomunikasi merupakan cara manusia untuk menciptakan dan berbagi makna yang dapat disampaikan baik secara verbal maupun non-verbal. Kemampuan berkomunikasi adalah salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh individu jika ingin memiliki hubungan yang dekat dengan orang lain. Faktanya, kemampuan serta kemauan untuk berkomunikasi yang baik merupakan salah satu faktor terpenting untuk mempertahankan hubungan yang bahagia salah satunya dalam berkeluarga. Pola komunikasi yang baik telah terbukti dapat membawa kebahagiaan bagi keluarga, hingga rasa saling memaafkan satu sama lain yang lebih baik. Selain itu, komunikasi yang baik di dalam keluarga juga memiliki peran penting untuk mencegah perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja, seperti kenakalan dan kebiasaan merokok pada remaja. Oleh karena itu, mari kita simak beberapa poin pembahasan tentang komunikasi di bawah ini, yuk!

Dalam membangun keterampilan komunikasi yang baik perlu banyak waktu, latihan, dan detail dalam berkomunikasi. Tentu saja, hal ini bukanlah sesuatu yang mudah karena membangun dan mempertahankan keterampilan komunikasi adalah proses seumur hidup. Namun, tidak ada salahnya jika kita selalu berusaha memperbaiki keterampilan berkomunikasi untuk tetap menjaga kehangatan dalam keluarga. Lalu, apa saja yang perlu diperhatikan? Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membangun komunikasi untuk menjaga kehangatan dalam keluarga:

  1. Adanya Keterbukaan dalam Keluarga

Kita dapat mengetahui informasi-informasi mengenai seseorang dengan beberapa cara, seperti, dari orang lain, perilaku orang tersebut, atau bahkan dari pakaian yang sering dipakai oleh orang tersebut. Namun, keterbukaan terjadi ketika individu sendiri lah yang ingin berbagi mengenai informasi tentang dirinya sendiri. Keterbukaan muncul ketika individu mengungkapkan informasi atau perasaan personal mengenai dirinya kepada orang lain. Keterbukaan penting dalam komunikasi karena dengan adanya keterbukaan, seseorang dapat memahami lawan bicaranya.

Berikut ilustrasi sebagai contoh pentingnya keterbukaan dalam komunikasi:

Seorang anak mengungkapkan cita-citanya kepada orang tua mengenai keinginannya untuk kuliah sesuai jurusan yang ia inginkan, tetapi orang tuanya ingin ia kuliah di jurusan yang tidak sesuai dengan cita-citanya. Kemudian, untuk menghindari konflik dengan orang tuanya, ia akhirnya menuruti untuk berkuliah di jurusan yang orang tuanya inginkan dan tidak pernah mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya.

Pada ilustrasi tersebut, anak memilih untuk menghindari konflik daripada mengungkapkan perasaan yang sebenarnya ia rasakan. Hal ini dapat membawa masalah lainnya ketika ia tidak mengungkapkan apa yang sebenarnya ia rasakan pada orang tuanya. Oleh karena itu, penting untuk membangun rasa aman dan nyaman dalam keluarga agar keterbukaan antara anggota keluarga dapat terjadi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara membiasakan anak atau anggota keluarga lainnya untuk merefleksikan perasaannya satu sama lain tanpa memberi penghakiman dan melatih empati satu sama lain. Cara tersebut dapat dimulai dengan kebiasaan sederhana, misalnya, bertanya kepada anak tentang bagaimana perasaanya di sekolah ketika ia sampai rumah atau orang tua juga dapat bercerita mengenai perasaanya kepada anak dengan menyesuaikan gaya komunikasi anak. Kebiasaan sederhana tersebut merupakan salah satu langkah penting untuk membangun rasa aman dan nyaman dalam keluarga agar menciptakan keterbukaan antara satu sama lain.  

  1. Pentingnya Mendengarkan

“Mendengarkan adalah seni yang membutuhkan perhatian di atas bakat, semangat di atas ego, orang lain di atas diri sendiri”— Dean Jackson

Keterampilan mendengarkan merupakan salah satu hal penting yang dibutuhkan untuk terhung dan mengembangkan kedekatan emosional dengan keluarga. Keterampilan mendengarkan yang baik membutuhkan keterampilan untuk tidak langsung menghakimi seseorang yang didengarkan dan juga membutuhkan banyak energi untuk mencoba memahami orang lain. Selain itu, hal penting dalam keterampilan mendengarkan ialah menyatakan kembali ide dan perasaan pembicara dan berusaha untuk tidak menghakimi apa yang disampaikan oleh pembicara. Walaupun hal ini memakan waktu dalam komunikasi, tetapi penting untuk dilakukan untuk meminimalkan kesalahpahaman dan potensi terjadinya konflik.

  1. Gaya Komunikasi

Gaya komunikasi penting untuk diketahui agar kita dapat menentukan gaya apa yang sebaiknya digunakan pada situasi atau konteks tertentu. Berikut adalah tiga gaya komunikasi yang dapat Anda ketahui:

  • Komunikasi Asertif

Pertama, mari kita berkenalan dengan komunikasi asertif yaitu komunikasi yang melibatkan ekspresi pikiran, perasaan, dan keinginan sebagai hak seseorang sebagai individu. Singkatnya, gaya komunikasi asertif adalah komunikasi yang to-the-point. Jadi, individu menyampaikan sesuatu secara to-the-point apa yang ia inginkan atau harapkan kepada lawan bicaranya dengan tetap mempertimbangkan etika dan hak orang lain. Komunikasi gaya asertif ini cenderung sering menggunakan kata ganti orang, seperti “aku” atau “saya” karena komunikasi dengan gaya ini melibatkan ekspresi diri. Gaya komunikasi asertif juga membuat orang menjadi merasa lebih baik tentang dirinya sendiri dan meningkatkan kemungkinan untuk mencapai tujuan pribadi. Selain itu, komunikasi gaya asertif juga dapat meningkatkan kedekatan di antara pasangan, lho! Hal ini dikarenakan adanya keterbukaan dalam mengekspresikan sesuatu antara satu sama lain.

  • Komunikasi Pasif

Nah, untuk gaya komunikasi yang kedua ini berbeda dari gaya komunikasi asertif. Komunikasi pasif yaitu gaya komunikasi yang ditandai dengan keengganan untuk mengatakan apa yang dipikirkan, dirasakan, atau diinginkan. Biasanya orang yang berperilaku pasif sering merasakan perasaan cemas tentang pendapat orang lain, terlalu khawatir tentang perasaan orang lain, dan ketakutan untuk mengatakan atau melakukan sesuatu yang dapat dikritik oleh orang lain. Hal tersebut dapat tercermin dari contoh berikut ini:

“Saya hanya tidak mau menyakiti pasangan saya” atau “Saya takut mengatakan hal yang salah atau menyinggungnya”

Berlawanan dengan komunikasi asertif, gaya komunikasi pasif justru membuat individu menjadi tidak mungkin untuk mencapai tujuan pribadinya. Selain itu, respon pasif akan memperkuat perasaan rendah diri, membatasi ekspresi, hingga dapat meninggalkan perasaan terluka dan cemas, serta dapat menciptakan jarak antar pasangan.

  • Komunikasi Agresif

Berbeda dengan kedua gaya komunikasi sebelumnya, komunikasi agresif bertujuan untuk menyakiti atau menjatuhkan orang lain dan biasanya digunakan untuk melindungi harga dirinya sendiri. Contoh pernyataan agresif ditandai dengan menyalahkan dan/atau menuduh orang lain, seperti “Kamu selalu seperti ini ya?” atau “Kamu tidak pernah…” Komunikasi yang agresif ini dikaitkan dengan perasaan marah yang intens dan pikiran untuk membalas dendam. Walaupun komunikasi agresif merupakan salah satu perilaku ekspresif untuk mencapai tujuan pribadi, tetapi komunikasi agresif dilakukan dengan mengorbankan orang lain. Tujuan individu dapat tercapai, tetapi hanya dengan menyakiti dan mempermalukan orang lain. Pada akhirnya komunikasi agresif cenderung dapat membuat kedua pasangan merasa terluka dan frustasi hingga membuat jarak dalam suatu hubungan.

Perlu diperhatikan bahwa, kita tidak bisa melabeli diri sendiri atau orang lain sebagai orang yang asertif, pasif, atau agresif karena hal tersebut bukan kepribadian, melainkan hanya sebuah respons atau perilaku seseorang. Gaya komunikasi pasif dan agresif cenderung membawa dampak negatif bagi suatu hubungan, sedangkan gaya komunikasi asertif disertai keterampilan mendengarkan yang baik akan membawa manfaat positif bagi suatu hubungan. Oleh karena itu, mari kita mengurangi gaya komunikasi yang membawa dampak negatif dan mulai melatih keterampilan untuk lebih asertif dalam berkomunikasi. Walaupun mungkin tidak mudah, tetapi komunikasi merupakan seni yang perlu dikembangkan dan dijaga dengan baik untuk terciptanya keluarga yang hangat dan harmonis.

Setelah kita mengetahui beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam membangun komunikasi yang baik, sebagai penutup berikut adalah teknik komunikasi sederhana yang dapat dipraktikkan oleh pembaca untuk menjaga kehangatan dalam keluarga:

● Carilah hal-hal baik pada anggota keluarga dan senantiasa memberikan pujian bagi anggota keluarga.

● Luangkan waktu untuk mendengarkan anggota keluarga.

● Mendengarkan untuk memahami, bukan untuk menghakimi.

● Setelah mendengarkan, coba untuk merangkum apa yang dirasakan oleh anggota keluarga tersebut sebelum membagikan reaksi atau perasaan pribadi.

● Bersikap secara asertif untuk membagikan perasaan pribadi.

● Ketika muncul masalah, hindari saling menyalahkan dan lebih baik berbicara langsung tentang bagaimana menangani masalah tersebut.

● Jika masalah tetap ada, fokuslah untuk membuat solusi baru sebanyak mungkin dan kemudian dapat dicoba satu per satu.

● Jika masalah dalam keluarga masih berlanjut, dianjurkan untuk segera mencari  bantuan profesional agar mendapatkan pandangan profesional sebagai alternatif bagi keluarga untuk menentukan solusi.

Penulis: Salma Hasna Hafizhah

Penyunting: Nadia Eka Rahmayanti

Referensi

Olson, D., DeFrain, J., & Skogrand, L. (2014). Marriages and Families: Intimacy, Diversity, and Strength (9th ed.). https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Attaqy, C. F., Fithria, F., & Hartaty, N. (2021). Hubungan Pola Komunikasi Keluarga Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keperawatan5(2).

Santi, F. (2017). Pola Komunikasi Keluarga dengan Perilaku Kenakalan Remaja. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keperawatan2(3).

Nurhayati, N. (2017). Hubungan Komunikasi Interpersonal Dan Pemaafan Dengan Kebahagiaan Suami Istri. Jurnal Penelitian Ilmiah Intaj1(2), 47-70.